Suzuki
Spin termasuk jarang dimodifikasi. Maklum peranti pendukungnya lumayan
langka. Termasuk aksi bore up sampai gede-gedean juga jarang
dilakukan. Ini yang bikin penasaran Guntur, pemilik Spin 125 dari
Meruya, Jakarta Barat itu. Dia ingin bikin Spin jadi 180 cc.Guntur
tetap ingin motornya bisa dipakai harian. Dan tentunya juga, masih
bisa digeber balap liar atau bali kelas standar. Makanya tidak boleh
terlihat adanya paking aluminium di blok silinder. Juga karburator
harus masih standar tampak dari luar.Untuk
itu semu, Guntur order langsung ke Feriandi, mantan mekanik Kymco
Bintaro, Tangerang. “Setelah dicek, jarak 4 baut blok silinder cukup
dekat. Tidak bisa dipasangi seher gede lebih dari 63,5 mm. Apalagi
mencari seher yang sesuai dengan pin Spin cukup jarang,” jelas
Feriandi.Setelah
ditelusuri, seher buatan TDR untuk bore up Yamaha Jupiter MX dirasa
paling pas. “Tersedia dari ukuran 61-62 mm juga ada. Enaknya diameter
pin seher sama-sama 14 mm. Sehingga bisa dipasang di setang seher
standar Spin,” jelas Feriandi yang berjenggot itu. Seher
Jupiter MX juga secara desain sudah bagus. Selain enteng juga
bentuknya menguntungkan. Badan seher seperti sudah racing. Yang
menempel di liner hanya sedikit. Sehingga gesekannya ringan. Apalagi
didukung ring seher yang tipis-tipis, makin ringan saja gesekannya.Seher
TDR yang dipakai Feriandi diambil yang ukuran 61 mm. Alasannya biar
bisa ganti seher lebih gede lagi. Jika sudah ngebul bisa naik yang 62
mm. Masih merek TDR juga. Jadinya lebih awet dan murah biayanya.Pilih
seher ukuran 61 atau 62 mm juga masih menguntungkan. Tidak perlu bobok
crankcase. Sebab diameter boring yang masuk crankcase bisa dipatok
64,8 mm. Masih bisa masuk ke lubang crankcase Spin yang 65 mm itu.Tanpa
bobok crankcase bisa menghemat pengeluaran. Tidak perlu biaya untuk
tukang bubut. Juga tidak merusak crankcase, sehingga kalau mau dibuat
standar lagi bisa seperti buatan pabrik.Enaknya
lagi kepala seher punya MX cukup pendek. Sehingga kalau dipasang di
blok Spin akan lebih mendem 3 mm. Ini bisa dimanfaatkan untuk naik
stroke. Posisi seher bisa naik 3 mm dan turun 3 mm. “Total kenaikan
stroke jadi 6 mm,” jelas brother yang sudah bikin Mio 218 cc tanpa
paking tebal juga.Dengan
begitu bisa didapat stroke atau langkah piston yang tinggi. Standar
Spin yaitu 55,2 mm. Kalau naik stroke sepanjang 6 mm, maka totalnya 55,2
+ 6 mm = 61,2 mm. Lumayan tinggi kan.Kenaikan
stroke 6 ini lumayan menguntungkan. Sebab jika aplikasi seher 61 mm
akan jadi square. Diameter dan langkah piston hampir sama. Akan didapat
kondisi mesin yang seimbang. Getaran mesin juga tidak terlalu tinggi.
Cepat didapat kenaikan rpm.Dengan
begitu cukup nyaman dipakai harian. Yang terpenting lagi, kapasitas
silinder jadi bengkak. Diameter seher 61 mm dan stroke 61,2 mm. Jika
dihitung menggunakan rumus kapasitas silinder akan didapat 178,8 cc.
Kalau digenapkan, ya jadi 180 cc.Hampir setera dengan Yamaha Mio yang sudah menggunakan seher 63,5 cc dengan stroke standar. Dipastikan masih bisa bejaban.STROKE UP 6 MM TANPA PAKINGUntuk
menaikkan kapasitas silinder bisa dibarengi dengan naik stroke.
Seperti pada Spin milik Guntur yang bekerja di arena PRJ Kemayoran,
Jakarta Pusat itu.Untuk
naik stroke dipilih yang instan dan ringan. Menggunakan pin stroke
yang bisa langsung pasang. Pin stroke dipilih yang benjol 3 mm.
Sehingga bisa naik 6 mm.Untuk
mendapatkan pin stroke untuk Suzuki Spin memang langka. Atau bahkan
mungkin belum ada di pasaran. “Solusinya bisa menggunakan pin stroke
milik Suzuki Smash,” jelas Chandra Sopandi yang mengerjakan pemasangan
pin ini.Pin
stroke Smash memang tidak sama plek dengan kepunyaan Spin. Namun
dudukan untuk setang seher sama lebarnya dengan punya Spin. Sehingga
bisa dipakai.Bahkan
diameter pin stroke Smash juga bisa pas dengan diameter big end setang
seher Spin. Sehingga bisa pas. Namun yang kurang pas justru pada
bandulnya.Bandul
Smash lebih tipis dibanding Spin. Maka dudukan bandul Smash juga
tipis. Kurang lebar dipasangi bandul Spin. Namun masih dirasa masih
lumayan kuat.Untuk
mendapatkan pin stroke 3 mm milik Smash cukup banyak. “Bisa pakai
buatan Kawahara, CLD atau LHK,” jelas Chandra yang pemilik bengkel
bubut Master Tjendana di Jl. Pagarsih No. 146, Bandung itu.Harga pin stroke untuk Smash sama dengan untuk motor lainnya. Sekitar Rp 250 ribuan.Menurut
Chandra, pin stroke cukup pakai yang 3 mm. Dengan kenaikan stroke 6 mm
dirasa maksimal. Jika lebih dari itu, piston akan nongol dan
menghantam kepala silinder.Selain
terapkan pin stroke, Chandra juga mengerjakan pasang klep gede di
kepala silinder milik Spin ini. Lelaki berkacamata itu pakai klep merek
EE. Diameter payung klep isap 31,5 mm. Sedangkan buangnya diset 25 mm.Kondisi
ini dirasa cukup untuk motor racing. Diplih menggunakan klep EE karena
batangnya hanya 5 mm. Sehingga gesekan lebih ringan dan bobotnya juga
enteng. Daripada pakai klep Honda Tiger yang diameter payungnya hampir
sama tapi batangnya gede. Berat dan gesekan tinggi.Klep
EE selain dipotong juga lebih bagus diringankan. Caranya permukaan
payung klep dibikin dalam. Lumayan bisa mengurangi beratnya.
“Portingnya juga kudu dibenahi. Lubang isap dibuat jadi 28 mm,
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar